Desa Binangun berdiri tepat pada Tahun 1504 M dengan
diawali kedatangan seorang penyiar agama yang berasal dari Jawa Tengah yang
bernama “ Ki Ubin “ dengan mengawali tinggal di daerah Babakan, pada awalnya Binangun berasal dari Bahasa Bina dan Bangun yang
artinya dibina dan dibangun secara bersama-sama. Jadi secara harpiah pengertian
Binangun adalah sebuah perkampungan yang masih memerlukan pembinaan dan
pembangunan. Pada awal pemerintahan Binangun biasa juga disebut Bangun adalah
sebuah kampung dan kepala pemerintahan wilayahnya bergelar kepala kampung
dengan sebutan kepala kampung Bangun yang berada dalam wilayah Distrik Pamarican.
Kampung Bangun yang dihuni oleh penduduk mayoritas Suku Sunda dengan hampir seluruhnya menganut Agama Islam, telah mengalami beberapa kali pergantian kepala kampung, yaitu :
- Tahun 1510 sampai dengan tahun 1811 Kepala kampungnya bernama Ubin
- Tahun 1811 sampai dengan tahun 1903 Kepala kampungnya bernama Erpol
- Tahun 1903 sampai dengan tahun 1941 Kepala kampungnya bernama Murta’if
- Tahun 1941 sampai dengan tahun 1950 Kepala kampungnya bernama Karta
- Tahun 1950 sampai dengan tahun 1960 Kepala kampungnya bernama Nata Santana
- Tahun 1960 sampai dengan tahun 1965 Kepala kampungnya bernama Suganda, Kidit, Jahidi (mengalami 3 x pergantian kepala kampung )
- Tahun 1965 sampai dengan tahun 1985 Kepala kampungnya bernama Ojo
- Tahun 1985 sampai dengan tahun 1992 Kepala kampungnya bernama Kusnadi
- Tahun 1992 sampai dengan tahun 1995 Kepala kampungnya bernama K. Dana S
- Tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 Kepala kampungnya bernama Dadang Mulyana (pejabat sementara).
- Tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 Kepala kampungnya bernama Amirudin (pejabat sementara).
- Tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 Kepala kampungnya bernama Elan Suherlan,S.IP
- Tahun 2008 sampai dengan sekarang… Kepala kampungnya bernama H. Karjono.
Dalam masa pemerintahan Nata Santana
terbentuklah desa gaya baru dan Kampung Binangun berubah menjadi Desa Binangun
tercatat sejak tahun 1960,sekaligus Nata Santana sebagai Kepala Desa Binangun
yang kelima. Pada awal terbentuknya Desa Binangun, ada 3 (empat) lingkungan
(organisasi di bawah desa) yaitu Lingkungan 1 Priagung, Lingkungan 2 Pangasinan,
Lingkungan 3 Girimulya. Sepeninggal Nata Santana (Wafat) Desa Binangun
mengalami Pergantian 3 kali pemimpin dalam jangka waktu Satu Priode, yang
pertama oleh Suganda pada tahun 1960–1961, kemudian Kidit menjadi Kepala Desa
Binangun menggantikan Suganda tahun 1961–1962, dilanjutkan dengan Jahidi pada
tahun 1962 – 1965. Pada tahun 1992 Desa Binangun dimekarkan menjadi 2 (dua)
desa, wilayah Desa Binangun bagian selatan (mekarannya) diberi nama Desa Sukajaya.
Pemekaran Desa ini terjadi pada masa pemerintahan Kepala Desa K. Dana S. Setelah
K. Dana S digantikan oleh Dadang Mulyana (pejabat sementara) sebagai Pelaksana
Tugas Kepala Desa Binangun tahun 1995 – 2000. Selanjutnya Desa Binangun pada
tahun 2005 mengalami pemekaran kembali, wilayah Desa Binangun bagian timur
(mekarannya) diberi nama Desa Sukamukti pada masa Pemerintahan Elan Suherlan,
S.IP, dengan kepercayaan masyarakat Desa Binangun, dari tahun 2008 sampai
sekarang Pemerintahan Desa Binangun dipimpin oleh H. KARJONO.
B. Kondisi Umum Desa
1. Batas desa
Desa
Binangun secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Bagian utara berbatasan
dengan Desa Mekarsari
- Bagian Selatan berbatasan
dengan Desa Sukajaya
- Bagian timur berbatasan
dengan Desa Sukamukti
- Bagian barat berbatasan
dengan Desa Neglasari
2. Kondisi geografi
Berdasarkan
topografi wilayah, Desa Binangun memiliki luas sekitar 650,177 ha, berada di
ketinggian 32 mdl dari permukaan laut serta tingkat kemiringan tanah 300,
termasuk wilayah dataran tinggi dengan tingkat kesuburan tanahnya yang sangat
produktif. Hal ini dapat dilihat dari jenis kesuburan tanah yang berwarna merah
serta luas wilayah desa yang digunakan sebagai areal persawahan (sawah tekhnis
dan sawah tadah hujan) dan perkebunan rakyat, yaitu 168 ha untuk areal persawahan dan 6,480 ha untuk areal perkebunan rakyat,
sedangkan luas areal pemukiman hanya 238,420 ha yang ditunjang oleh dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan intensitas curah hujan 160 Mm, temperature udara berkisar rata-rata 30 0C
– 35 0C. Jarak ibukota desa ke ibukota Kecamatan 4 km, dan ke ibukota kabupaten/kota 6 km
dengan waktu tempuh 15 menit. Sedangkan jarak ibu kota desa ke Ibukota Provinsi
220 km dengan waktu tempuh 8 jam.
3. Kondisi
Demografi
Hasil
sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Katumbangan
sebesar 3911 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1.861 jiwa dan perempuan 2.050
jiwa.
Tabel 1 : jumlah penduduk menurut
dusun dan jenis kelamin desa binangun
No
|
Dusun
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki - laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Priagung
|
2.153
|
2.151
|
4.304
|
2
|
Pangasinan
|
…………..
|
……………
|
…………….
|
3
|
Girimulya
|
…………..
|
…………..
|
…………….
|
Sedangkan jumlah kepala
keluarga sebesar 1.407 kk yang terdiri dari … kk laki-laki, dan … kk perempuan.
Tabel 2 : Jumlah kepala keluarga menurut
dusun dan jenis kelamin Desa Katumbangan
No
|
Dusun
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki - laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Priagung
|
…………..
|
…………..
|
1.407
|
2
|
Pangasinan
|
…………..
|
……………
|
…………….
|
3
|
Girimulya
|
…………..
|
…………..
|
…………….
|
4. Kondisi sosial
Desa Binangun
terdiri atas 3 gedung SD, 1 TK, 1 TPA, 1 lembaga pendidikan agama, 1
perpustakaan, 12 Mesjid, 3 Posyandu dan 1 Puskesmas. Tingkat pendidikan
penduduk Desa Binangun terdiri atas S3 3 orang, S2 5 orang, S1 60 orang,
Diploma III 10 orang, Diploma II 10 orang, Diploma I 14 orang, SLTA/sederajat
3.541 orang, SLTP/sederajat 410 orang, SD/sederajat 500 orang, pernah sekolah
SD tapi tidak tamat 280 orang, tidak pernah sekolah 50 orang, Belum sekolah 391
orang. Jumlah
penduduk miskin 742 jiwa yang terdiri dari laki-laki 414 jiwa dan perempuan 382
jiwa. Jumlah KK miskin sebanyak 461 KK yang terdiri dari 340 KK laki-laki dan
121 KK perempuan. Penduduk Desa Binangun sebagian besar adalah petani, dan
buruh tani. Terbukti dengan Jumlah petani 1.077 jiwa dan buruh tani sekitar
1.125 jiwa, animo masyarakat untuk bersekolah tetap kurang. Hal ini diakibatkan
oleh kurangnya dorongan dari orang tua sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan
orang tua itu sendiri. Sedangkan keadaan Tenaga Kerja yang paling menonjol adalah
tingginya jumlah penduduk yang tidak memiliki keinginan untuk menjadi tenaga
kerja terbukti hanya sekitar 600 jiwa jumlah penduduk yang bekerja di swasta.
5. Kondisi ekonomi
Penduduk
Desa Binangun sebagian besar bekerja sebagai petani dan petani penggarap, sebagian
dari mereka merangkap sebagai buruh tani, petani kebun, tukang batu/kayu, buruh
bangunan, usaha kios, pencari kelapa, tukang panjat kelapa, kumpul pasir, pembuat
batu bata, pembuat genting, dan usaha ternak. Potensi ekonomi desa ; terdapat 6
penggilingan padi, 1 usaha kios, 55 usaha warungan, 8 warung kelontongan, 4 warung nasi Usaha rumah tangga terdiri dari
usaha makanan ( keripik singkong, sale pisang, opak, tahu ), kue-kue, gula
kelapa, dan menjahit Usaha Industri bahan baku alam ( Bata merah, Genteng, dan
tegel ). Sedangkan potensi desa yang paling menonjol adalah sawah (petani
padi). Keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam satu jenis pekerjaan
menunjukkan tidak efisiennya pembagian kerja sehingga mengakibatkan rendahnya
rata-rata penghasilan dari mereka. Jenis tanaman yang ada di Desa Binangun
terdiri dari tanaman keras yang melalui proses adaptasi sehingga dapat
berproduksi dengan baik pada tempat yang tergolong rendah dengan keadaan tanah
kering. Adapun tanaman perkebunan yang menjadi andalan penduduk setempat adalah
mangga, alpokat, jeruk dan manggis. Sedangkan untuk areal tanaman pertanian
meliputi areal persawahan yaitu padi, kacang kedelai, jagung, cabe, kacang
tanah, kacang panjang dan lain-lain. Dengan melihat gambaran potensi yang ada
di Desa Binangun terutama sumber daya alamnya yang tinggi, perlu adanya daya
dukung lingkungan terutama sarana jalan yang dari tahun ke tahun semakin kurang
berkualitas (rusak) sebagai sarana untuk memperlancar perekonomian Desa Binangun
yang mayoritas masyarakatnya adalah petani.
6. Kelembagaan
- Lembaga pemerintahan ; Pemerintah Desa, BPD, Rukun Tangga, Rukun Warga
- Lembaga kemasyarakatan; LPM, PKK, Karang Taruna.
- Lembaga Keagamaan; MUI, Dewan Kemakmuran Mesjid, Remaja Mesjid.
- Lembaga politik
- Lembaga Ekonomi; Gapoktan, Kelompok Tani, P3A, Kelompok Ternak, PNPM, LKD, Bumdes
- Lembaga Pendidikan; SD, MI, Taman Pengajian Alquran, Yayasan Anak Yatim Piatu
- Lembaga Keamanan; Linmas
- Lembaga Olah raga; Klub sepak bola, Klub Bola Volly
Disamping
lembaga formal tersebut terdapat pula lembaga non formal seperti kelompok
simpan pinjam, kelompok pertukangan dan kelompok usaha ekonomi lainnya.
7. Kondisi
Pemerintahan Desa
a. Pembagian wilayah
Desa
Saat ini Desa Binangun terdiri dari 3 (tiga) Dusun, tiap
dusun di kepalai oleh masing-masing Kepala Dusun.
Tabel 3 : Jumlah Dusun dan nama Kepala
Dusun Desa Binangun
No
|
Dusun
|
Kepala Dusun
|
1
|
Priagung
|
N. Ruhayat
|
2
|
Pangasinan
|
Jaja Iskandar
|
3
|
Girimulya
|
Dadang Supena
|
b. Struktur Organisasi
Tata Kerja Desa
1.
Struktur organisasi Desa
2. Struktur
organisasi BPD
C. Masalah Mendasar
Masalah
mendasar yang diidentifikasi di Desa Binangun adalah sebagai berikut :
1. Bidang Pengembangan
Wilayah
•
Kondisi jalan Desa dan jalan lingkar desa sepanjang 4300 m rusak parah
•
Akses jalan tani kurang memadai
•
Setiap tahun lahan pertanian dan pemukiman terendam banjir kiriman
•
Abrasi sungai mengancam kelangsungan pemukiman warga
•
Tanggul lening sekunder dan tersier yang mengairi lahan pertanian sering
jebol
•
Kurangnya pintu distribusi air pada lahan pertanian
• Pada
musim banjir/musim hujan, air menggenangi jalan dan pemukiman
2. Bidang Ekonomi
•
Banyaknya lahan pertanian yang menganggur pada musim kemarau
•
Kurangnya modal usaha bagi petani
•
Produktifitas kakao menurun drastis
•
Usaha peternakan sangat potensial tapi kurang berkembang
•
Perkembangan home industri dan industri kecil sangat lamban
3. Bidang Sosial Budaya
•
Tingginya jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah
•
Banyaknya anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan
•
Masih banyak warga membuang tinja di sembarang tempat
•
Sebagian besar penduduk kesulitan memperoleh air bersih
•
Fasilitas Puskesmas tidak memadai
•
Sebagian besar ibu hamil menggantungkan kelahiran pada dukun
•
Tingginya jumlah pengangguran generasi muda dan perempuan
•
Sebagian besar lahan warga belum tersertifikasi
• Perlunya
peningkatan kapasitas aparat desa dan anggota BPD